Artikel ini berisi tentang :
- Efek Buruk Sering Memarahi Si Kecil
- Apa yang harus dilakukan?
- Tidak bisa diam = punya kecerdasan kinestetik
- Lebih pintar Membaca dan Matematika
Setelah bisa berjalan, biasanya Si Kecil akan sangat aktif dan sulit dihentikan. Rasa ingin tahu yang selalu dia tunjukan, kadang membuat banyak orangtua bingung dan jengkel menghadapinya. Alhasil, memarahi Si Kecil jadi satu-satunya solusi praktis untuk membuatnya diam.
Efek Buruk Sering Memarahi Si Kecil
Memarahi Si kecil, termasuk membentak atau memberikan ancaman, efeknya tidak jauh berbeda saat Dads memberikan kekerasan fisik, seperti memukul, mencubit atau menjewernya (oleh Ratih Zulhaqqi, M.Psi, Psikolog Anak dan Remaja)
Salah satu dampak paling dekat adalah, Si Kecil akan melakukan hal yang sama saat melihat atau merasa tidak setuju. Inilah yang membuat Si Kecil kerap tantrum saat menginginkan sesuatu, atau ngambek saat Dads melakukan hal yang tidak dia sukai.
Selain itu, pengalaman dimarahi pun akan membuatnya trauma. Misalnya, saat dia terus main air dan Dads memarahinya, Si Kecil bisa saja saat dewasa nanti dia akan selalu terbayang amarah Dads saat dia main air, sehingga dia pun takut air dan membuatnya tidak bisa berenang.
Jika sering membentak akan membuat Si Kecil merasa ketakutan. Nah, ketika rasa takut muncul, otomatis produksi hormon kortisol di otak akan meningkat (oleh Amir Zuhdi, dokter ahli ilmu otak dari Neuroscience Indonesia)
Pada Si Kecil, peningkatan hormon kortisol akan memutuskan sambungan neuron atau sel-sel di otak, dan mempercepat kematian neuron atau apoptosis.
Hal ini tentu mendatangkan banyak kerugian, salah satunya proses berpikir Si Kecil yang jadi terganggu, tidak mampu menerima informasi dengan baik, hingga sulit mengambil keputusan. Selain itu, Si Kecil pun akan kesulitan saat membuat perencanaan, dan menyebabkan kepercayaan dirinya menurun.
Lebih lanjut lagi, Amir menjelaskan, makin sering Dads memarahi Si Kecil, makin banyak pula kerusakan otak yang terjadi, dan membuat dampak traumanya makin besar.
Apa Yang Harus Dilakukan?
Setiap gerakan yang dilakukan Si Kecil berarti memberikan stimulus sensomotor, yang bermanfaat untuk melatih atensi, konsentrasi dan meningkatkan perkembangan emosi Si Kecil (oleh Psikolog keluarga, Roslina Verauli, M.Psi., Psi.)
Menurutnya, tidak ada jalan lain kecuali Dads harus sabar saat menghadapi tingkah Si Kecil yang tidak bisa diam. Selain itu, jangan pernah bosan untuk memberi pengertian tentang apa harapan Dads, dan maksud kenapa menyuruhnya untuk diam.
Selain itu, Dads pun harus memberikan batasan pada Si Kecil mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan, terutama jika alasannya faktor keselamatan.
Setelah memberikan larangan, Dads harus memberikan alternatif atau opsi lain kepada Si Kecil sebagai penggantinya. Misalnya, saat melihat Si Kecil berlari-lari di dalam rumah, cegah dan ajak dia untuk main di taman belakang sebagai gantinya.
Contoh lainnya, saat Si Kecil mau bermain di luar tapi cuaca sedang hujan, Dads bisa melarangnya, dan memberikan opsi main basah-basahan di kamar mandi.
Tidak Bisa Diam = Punya Kecerdasan Kinestetik
Jika Si Kecil senang melompat, menari, berlari, berjoget, bersepeda dan lainnya, bisa jadi mereka punya kecerdasan kinestetik yang lebih baik dan perlu distimulasi agar berkembang lebih maksimal (oleh pakar perkembangan anak, Howard Gardner)
Mereka yang punya kecerdasan kinestetik, lebih cenderung butuh penyaluran energi gerak yang lebih tinggi ketimbang anak lainnya. Bahkan bagi Si Kecil yang sangat aktif, perintah untuk diam jauh lebih capek ketimbang perintah untuk terus bergerak.
Untuk menstimulasi kemampuannya, ada baiknya Dads tidak terlalu banyak meletakan barang pecah-belah di dalam rumah, dan meminimalisir barang-barang di dalam rumah. Tujuannya, agar Si Kecil bisa lebih bebas bergerak, tanpa risiko merusak barang-barang berharga di dalam rumah.
Selain itu, Dads pun disarankan untuk melibatkan Si Kecil dalam aktivitas yang menuntut gerakan fisik, misalnya memberikan tugas untuk mencabut rumput di halaman depan atau kebun belakang rumah, menyiram taman, mencuci mobil dan lainnya.
Intinya, stimulasi kelebihan Si Kecil ini dengan cara banyak melibatkan Si Kecil dalam aktivitas yang membutuhkan gerakan fisik. Tapi ingat, pastikan aktivitasnya tidak berlebihan!
Lebih Pintar Membaca dan Matematika
Jika distimulasi dengan baik, banyak kelebihan yang bisa dikembangkan dari kecerdasan kinestetik yang dimiliki Si Kecil. Salah satunya penelitian yang dilakukan University of Eastern, Finlandia, yang menyebut jika siswa yang aktif di kegiatan kinestetik, cenderung lebih pintar dalam Matematika.
Selain itu, penelitian ini pun menemukan fakta jika mereka yang tidak bisa diam, cenderung memiliki kemampuan membaca yang lebih baik. Dua kemampuan ini sendiri merupakan modal dasar Si Kecil untuk meraih prestasi akademik dimasa depan nanti.
Tentu saja semua dampak positif ini dapat dinikmati jika Dads bisa menstimulasinya dengan baik, dan tidak sering memarahi Si Kecil karena tidak bisa diam.