Saat ini istilah skizofrenia tengah hangat diperbincangkan, khususnya di kalangan para ibu hamil. Hal ini bisa dimaklumi karena keluarga penderita skizofrenia yang awalnya menganggap ini sebagai gangguan jiwa atau anak diguna – guna sudah mulai banyak yang mengetahui bahwa masalah ini dapat diobati. Menggembirakannya, si penderita juga dapat hidup dengan normal.
Skizofrenia sendiri merupakan gangguan mental yang ditunjukkan dengan gejala kelainan ungkapan dan persepsi terhadap realitas. Penderita biasanya sering mengalami halusinasi pendengaran dengan mendengarkan suara yang terus menerus atau merasa seperti diikuti oleh seseorang. Beberapa gangguan yang terjadi ketika hamil dan pada saat bayi lahir akan meningkatkan resiko anak untuk mengalami skizofrenia kelak.
Resiko anak mengalami skizofrenia akan semakin meningkat oleh beberapa faktor meliputi Polio, Campak, Varisela zoster, herpes simplex virus tipe 2, dan juga toxoplasma gondii yang dialami oleh ibu ketika hamil. Tidak hanya itu, resiko janin mengalami skizofrenia juga akan meningkat hingga 7 kali lipat bila ibu hamil mengalami flu selama kehamilan trimester pertama. Resiko secara keseluruhan cenderung kecil. Tetapi penemuan memperlihatkan bahwa hampir 97 persen bayi yang lahir dari ibu yang mengalami influenza ketika hamil beresiko terkena skizofren.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari California, efek teratogenik atau efek yang menyebabkan perkembangan janin tidak normal selama kehamilan dan menyebabkan kerusakan pada janin diduga tidak berasal dari virus flu yang menyerang ibu hamil tetapi akibat reaksi dari autoimun tubuh ibu yang mempengaruhi janin. Anti bodi yang dihasilkan oleh tubuh ibu saat terserang flu diduga dapat berpengaruh terhadap perkembangan otak janin.
Janin yang kekurangan kadar oksigen atau mengalami hipoksia sebelum, saat maupun setelah lahir akan menjadi faktor resiko anak mengalami skizofrenia. Pasalnya hipoksia pada janin akan menurunkan volume dari hippocampus atau bagian otak besar di lobus temporal yang merupakan bagian sistem limbik dan berpengaruh penting terhadap kegiatan mengingat dan navigasi ruang sehingga dapat memicu terjadinya skizofrenia kelak ketika anak tumbuh besar.